Serangan teroris di Afrika merenggut nyawa enam warga Jepang yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur. Nami dan Rinko terbang ke Afrika untuk mendukung keluarga korban dan membawa mereka pulang. Proses identifikasi jenazah terbukti sulit karena kerusakan yang mereka alami, dan para korban menjadi marah karena tidak dapat bertemu dengan orang yang mereka cintai.
